Jumat, 16 Mei 2014

Tugas Cerpen



Sahabatku Meyriska

Saat itu cuaca cerah aku melangkah pergi kuliah dengan ceriah, oh iya namaku Salsabila  lebih tepatnya Salsabila Alfiana Lubis. Saat itu sampai di kampus ternyata dua temanku sudah menunggu di halaman kampus, dengan ceria aku menghampiri mereka. Kedua sahabatku bernama Leona dan Meyriska “Hai..hai..” kataku dengan ceria
“Hai sasa” kata Leona dengan muka ceria
“Eh aku beli minuman dulu ya.. haus nih” kataku
“oke” kata Meyriska

Akupun bergegas ke salah satu supermarket disamping kampus, selesai membeli minum aku pu pergi ke kelas utunglah aku tidak terlambat masuk kelas Ibu Sisca. Tidak lama kemudian Ibu Sisca masuk ke dalam kelas dan langsung memberikan materi kuliah pagi ini. Tidak terasa sudah dua jam berlalu mata kuliah Ibu Sisca selesai dan itu tandanya waktu istirahat. Kami bertiga pun beristirahat, satu jam kemudian kami memasuki kelas. Dua jam kemudian mata kuliah kedua selesai, hari ini kami hanya belajar dua mata kuliah saja. Kami pun pulang bersama kedua sahabatku Leona dan Meyriska. Kami memang selalu terbiasa pulang bersama.

“Assalammualaikum ma, Sasa Pulang”
Mama membalas salamku “Waallaikumsalam sayang, eh anak mama sudah pulang kuliah. Langsung ganti baju habis itu turun makan siang”
“iya ma” kataku
Setelah aku menuruti semua kata mama aku pun bergegas untuk tidur siang. Dua jam kemudian kembali kubuka mataku ku kucak mataku kuluruskan badanku dan akupun keluar dari kamarku. Tak terasa jam menunjukan pukul lima sore. Aku harus mandi selesai mandi aku pun pergi ke rumah Leona untuk mengerjakan tugas kelompok.

Sesampainya aku di rumah Leona kulihat kedua sahabatku sudah menunggukku kami pun memulai membuat tugas kelompok. Dua jam kemudian tak terasa jam menunjukan pukul tujuh malam. Aku dan Meyriska pun pulang, sesampainya dirumah aku menonton televise, makan malam dan kegiatan terakhirku tidur. Keesokan harinya aku bangun pada pukul enam pagi bergegas mandi, ganti baju, sarapan dan pergi ke kampus. Sesampainya di kampus aku bertemu kedua sahabatku yang sedang menunggu kedatanganku. Kegiatan seperti biasa di kampus kami bertiga bergegas masuk ke ruang kelas ditegah proses belajar saat itu Meyriska pingsan, kami pun membawanya ke ruang uks karena Meyriska tidak kunjung sadar akhirnya dosen menyuruh untuk membawa Meyriska ke Rumah Sakit.

Setelah diperiksa ternyata Meyriska mengidap kanker darah atau leukemia stadium akhir. Ibu Meyriska memberitahukan penyakit ini pada Meyriska dan memberitahukan penyakit ini pada sahabat Meyriska. Awalnya Meyriska sempat tak percaya namun akhirnya ia percaya ia mengidap penyakit kanker. Saat itu ia masuk kuliah aku pun bertanya “Mey sakit apa?”
Dia pu membalas “Aku hanya kecapean saja”
Aku membalas “Yaudah kamu jangan terlalu capek banyakin istirahat”

Kami pun bergegas masuk kelas, tidak lama kemudian Ibu Jesi dosen Akuntansi pun datang. Saat proses belajar tidak lama kemudian Meyriska jatuh pingsan dan langsung dibawa ke Rumah Sakit. Ibu Meyriska memperbolehkan kami ke Rumah Sakit. Ibu Meyriska menceritakan apa yang terjadi pada Meyriska, tangis dan histeris kami rasakan kata dokter sebaiknya Meyriska harus operasi setelah mengurus pembiayaan Meyriska pun dimasukan ke ruang operasi.

Empat jam kemudia dokter itu keluar dari ruangan operasi dan memberitahukan kondisi Meyriska yang kritis. Kami diperbolehkan masuk kedalam ruang ICU, kami pun masuk kedalam ruang ICU dan melihat wajah pucat dan badan kurus meliputinya alat-alat pembantu tertancap. Ditubuhnya wajah murung tak seceria dulu meliputinya matanya terbuka sedikit dan mengatakan “sahabat maafkan aku jika aku banyak kesalahan” katanya halus. Kamipun menangis dan aku berkata “Kami sudah memaafkan kamu”
“terima kasih untuk Mama, Papa maafkan Meyriska kalo Meyriska banyak salah” kata Meyriska
Mama Meyriska berkata “Baiklah nak mama dan papa sudah ikhlas jika kamu harus pergi”
Alat eletrodiograf menunjukan garis lurus setibanya Meyriskan menghembuskan nafas terakhir. Aku dan Leona berteriak “Meyriska!!” kami pun histeris. Mama dan Papa Meyriska menerima hal itu dan kami rela kehilangan Meyriska untuk selamanya.